Selasa, 17 Juni 2008

Kisah 13 Al Fatihah yang menakjubkan

Pada suatu hari, ada beberapa shohabat Nabi Sholallahu Alaihi wa salam, mereka hendak pergi ke tempat yang jauh.Mereka ingin singgah di suatu perkampungan.

Mereka menawarkan diri untuk menjadi tamu. Namun penduduk kampung menolaknya.

Pada saat itu, kepala kampung tersengat binatang segala usaha sudah dilakukan, tetapi gagal menyembuhkannya, sebagian penduduk berkata, ”Temuilah orang – orang yang singgah itu, siapa tahu diantara mereka ada yang punya obatnya!” Maka penduduk kampung mau memberikan upah. Mereka sepakat untuk memberi para shohabat beberapa ekor kambing.

Para shohabat kemudian menghampiri kepala kampung dibacakanlah surat Al Fatihah. Seketika itu sang kepala kampung seakan lepas dari sebuah belenggu, Ia dapat berdiri dan berjalan kembali.

Penduduk kampung kemudian memberikan upah kepada para shohabat.
Setelah pulang sampai Medinah, para shohabat menceritakan perkaara tersebut kepada Rosulullah Sholallahu Alaihi wasallam.

Setelah mendengarnya Rosulullah Sholallahu Alaihi wasallam bersabda, ”Kalian sudah benar.Bagilah dan tetapkan satu bagian untukku beserta bagian kalian!”

Senin, 16 Juni 2008

Ibnu Umar yang rendah hati

Suatu hari Nabi S.A.W bertanya, “ Beritahu aku, pohon apa yang serupa dengan perumpamaan seorang muslim. Yaitu pohon apa yang setiap waktu memberikan buahnya dengan seizin Rabb-Nya dan tidak rontok daunnya?”.
Maka Ibnu Umar berrgumam pada doronya sendiri. Ia menebak “pohon kurma”. Akan tetapi Ibnu Umar enggan mengatakannya karena di tempat itu ada Abu Bakar dan Umar r.a. mereka berdua tidak menjawab
Nabi S.A.W pun mengatakan, “Pohon Kurma”. Tepat sekali seperti yang dipikirkan Ibnu Umar.
Kemudian tatkala Ibnu Umar telah keluar bersama ayahnya, Ia berkata, ”Wahai ayahku, pikiranku tadi menebak pohon kurma” Umar lantas bertanya, ”Apa yang menghalangimu untuk menjawabnya?”Sunguh jika kamu menjawabnya tentu akan lebih aku sukai dari pada kamu berdiam saja”
Ibnu Umar menjawab, ”Tidak ada yang menghaangiku kecuali aku melihat engkau dan Abu Bakar.R.a tidak menjawabnya. Maka akupun merasa engan untuk mengatakannya”
Hal itu karena Ibnu Umar yang paling kecil/muda disana
(H.R Al Bukhori No. 5129 secara ringkas)

Minggu, 15 Juni 2008

UMAR BIN KHATHAB R.A

Diantara para pemberani yang asngat dikenal didalam kehidupan kaum muslimin
Adalah Amirul Mukminin Umar Bin Khathab r.a sang pembela dien Islam. Cukuplah bagi anda untuk mengakui keberanian Umar dengan melihat kembali sejarah yang mengisahkan kekuatan dan keberaniannya dalam membela Islam.Disebutkan dalam berbagai kitab – kitab yang ditulis oleh para ulama terdahulu,bahwa Umar dijuluki sebagai tanduk besi.
Sebagaimana sabda Nabi S.A.W , ”Wahai Ibnu Khattab, demi Dzat yang berada dalam genggaman telapak tangan-Nya, tidaklah setan bertemu denganmu ketika melewati jalan kecuali pasti dia mencari jalan lain yang tidak engkau lewati” (H.R al – Bukhari dan Muslim)

Ibnu Mas’ud r.a berkata, “ Dahulu kami tidak mampu untuk mengerjakan shalat di sekitar ka’bah, tetapi saat bersama Umar kami dapat melakukannya”.

Disebutkan oleh ath – Thabari dari Ibnu Mas’ud r.a, “Sesungguhnya Umar pernah bergulat dengan seorang jagoan tiga kali berturut - turut dan semuanya dimenangkan oleh Umar “

Diriwayatkan oleh Ali r.a, “Demi Allah sesungguhnya kami berpendapat bahwa setan takut menyuruh Umar berbuat kesalahan.”

Di sebutkan oleh ath – thabari di dalam kitabnya bahwa Umar r.a jika menaiki kuda, maka beliau memegang telinga kiri kuda dengan tangan kanannya, kemudian melompat ke atas punggung kuda tanpa memegang bagian tubuh kuda yang lainnya”.

Kamis, 12 Juni 2008

Zubbair bin Awwam r.a (Penghulu para Mujahhid)

Beliau adalah orang yang pertama kali menghunus pedangnya fisabilillah di dalam kehidupan ummat Islam. Sebagaimana disebutkan oleh banyak periwayat, salah satunya Abu Ummar bin Abdill Barr dari Hisyam bin Urwah dari Ayahnya,”Sesungguhnya orang yang pertama kali menghunus pedangnya dijalan Allah adalah Zubair. Hal itu terjadi ketika setan menghembuskan isu bahwaRasulullah S.A.W telah ditangkap.Maka begitu mendengar kabar burung tersebut, Zubair segera menghunus pedangnya dan berjalan membelah kerumunan manusia di Kota Mekkah. Sedangkan waktu itu Rosullullah S.A.W berada dipusat kota Mekkah. Rosulullah bertanya, “Apa yang engkau lakukan wahai Zubair?” Dia berkata, “Wahai Rosulullah, aku mendengar bahwa engkau telah ditangkap oleh Quraisy.” Kemudian Rosulullah mendoakan kebaikan untuk Zubair dan kehebatan pedangnya.

Disebutkan oleh syaikh ‘Muhibbuddin dalam beberapa periwayatannnya beliau bahwa Zubair berkata kepada Rosulullah S.A.W. “Aku mendengar bahwa engkau telah terbunuh.” Rosul S.A.W lalu bertanya, “lalu apa yang engkau lakukan ?” Zubair menjawab. “Demi Allah, akan aku lawan seluruh penduduk Mekah dan akan aku alirkan darah mereka sebagaimana aliran sungai, serta tidak aku biarkan salah seorang dari mereka hidup kecuali pasti akan aku bunuh . Sehingga tidak tersisa seorangpun dari penduduk Mekkah.” Mendengar jawaban tersebut Rosulullah S.A.W tersenyum dan meletakkan kain penutup kepalanya, kemudian Jibril turun menemui Rosulullah S.A.W. Jibril berkata, “Sesunguhnya Allah mengucapkan salam-Nya kepadamu dan berfirman, “Ucapkanlah salam–Ku kepada Zubair dan berikan kabar gembira kepadanya bahwa Allah akan memberikan pahala semua orang yang menghunus senjatanya di jalan Allah sejak engkau (Muhammad) diutus hingga hari kiamat tanpa mengurangi pahala yang mereka kerjakan. Karena dia orang yang pertama kali menghunus pedangnya dijalan Allah S.W.T.”

Rabu, 11 Juni 2008

Harta dunia telah kudapatkan...!!

At-Tarmidzi dan Nasa’I meriwayatkan dari Abu Wail, “Mua’wiyah r.a datang menengok Abi Hasyim bin Utbah r.a yang sedang sakit. Ketika itu ia mendapatkannya sedang menangis. Maka ia pun bertanya,”Wahai saudara ibuku, apa yang membuat anda menangis? Apakah penyakit yang sedang anda derita atau karena keinginanmu akan dunia yang belum terpenuhi?” Ia pun menjawab, “Bukan itu, Tapi Rosulullah S.A.W telah berwasiat dan kami tidak menjalankannya, “Ia bertanya, “Apakah itu?” Abu Hasyim menjawab, “Cukuplah harta yang dikumpulkan berupa seorang pembantu dan kendaraan di jalan Allah.Sungguh aku telah mengumpulkannya hari ini”.

Razin menambahkan ,”Ketika ia mati, harta yang ditinggalkannya sebanyak 30 dirham.Aku juga menghitung mangkuk yang ia pakai mengadon makanan dan makan darinya.

Maha suci Allah apa yang akan terjadi jika ia menyaksikan keadaan kita dizaman ini yang penuh dengan kemubadziran dan kemewahan….

Note – Abu Hasyim bin Utbah bin Rabi’ah masuk islampada hari pembebasan kota mekkah ia adalah seorang muslim yang baik, pejuang,orang shalih yang mennggal pada masa khilafah utsman r.a

Selasa, 10 Juni 2008

Bayi yang bisa berbicara

Abu Huroiroh mengisahkan …
Dahulu ada seorang wanita dari Bani Isro’il sedang menyusui bayinya. Kemudian lewatlah seorang laki – laki yang berkendaraan sangat bagus dan berwajah tampan. Ibu itu pun berdo’a, “Ya, Allah jadikanlah anakku seperti orang itu.” Mendengar do’a ibunya seketika bayi itu berdo’a, “Ya Allah janganlah engkau jadikan aku seperti itu.” Bayi itu kemudian menetek lagi kepada ibunya.

Abu Huroiroh berkata, “Seolah – olah aku masih melihat rosulullah sewaktu menirukan cara bayi itu menetek kepada ibuny, yaitu beliau melamut jari telunjuknya kedalam mulutnya dan menghisapnya.”

Kemudian lewat orang – orang dengan seorang budak wanita. Orang – orang itu memukuli budak wanita tersebut sambil berkata, ” Kamu berbuat zina, kamu mencuri.” Budak perempuan itu hanya bisa menjawab,”Hasbiyallah wa ni’mal sakil”. (Cukuplah Allah sebagai penolongku dan Allah adalah sebaik – baik penolong)
Melihat kejadian itu maka bayi itu berdo’a, ”Ya Allah janganlah engkau jadikan anakku seperti budak itu”. Mendengar ibunya berdo’a demikian, bayi itu langsung melepaskan tetek ibunya, dan melihat budak yang sedang dipukuli. Kemudianbayi itu berdo’a. ”Ya Allah, jadikanlah aku seperti budak itu.”

Setelah peristiwa itu maka terjadilah percakapan antara ibu dan bayinya. Sang ibu merasa heran sehingga berkata kepada anaknya, ”Tadi lewat seorang laki – laki yang sangat bagus keadaannya, lalu aku berdo’a, ”Ya Allah jadikanlah anakku seperti orang itu, tapi kamu malah berdo’a . ”Ya allah janganlah engkau jadikan aku seperti orang itu.” kemudian ketika ada seorang budak yang sedang dipukuli dan dituduh berzina serta mencuri, aku berdo’a, ”Ya Allah, jangan engkau jadikan anakku seperti budak itu, tapi kamu malah berdo’a ,” Ya Allah, Jadikanlah aku seperti dia ”
Kemudian bayi itu menjawab , ”Sesungguhnya laki – laki yang lewat tadi adalah orang yang berbuat aniaya dan semena – mena sehingga aku berdo’a, ”Ya, Allah janganlah engkau jadikan aku seperti orang itu”. Sedangkan budak perempuan yang dituduh berzina dan mencuri sebenarnya dia tidak berzina dan tidak mencuri. Sehingga aku berdo’a , ”Ya Allah, jadikanlah aku seperti budak itu”.

(Sumber Hadits Abu Huroiroh riwayat Al Bukhori No 3253 dan muslim No 2550)

Senin, 09 Juni 2008

Bidadari Syurga

Mengenai bidadari syurga dokter hati, Ibnul Qoyyim pernah berkata, “Jika engkau bertanya tentang bidadari – bidadari syurga, mereka adalah wanita yang tinggi semampai dan selalu muda. Jika menjumpai kekasihnya,ungkapkanlah sesukamu tentang dua sejoli yang serasi. Jika berbincang dengannya, apa dugaanmu mengenai percakapan dua sejoli yang sedang jatuh cinta. Jika mendekapnya, apa yang bisa kamu bayangkan tentang dua dahan yang saling membelit. Bergaul dengannya jauh lebih nikmat dibanding semua angan – angan. Tidak bertambah atas mereka pergeseran masa, kecuali keindahan dan kecantikan.Tidak ada yang lebih diinginkan kecuali untuk bersama – sama dengannya. Mereka tidak hamil, melahirkan, haid atau nifas. Selalu suci dari ingus, ludah, kencing, kotoran dan berbagai macam najis. Tidak pernah habis masa mudanya dan tidak pernah kumal pakaianya.

Hati mereka belum tersentuh oleh manusia maupun jin. Jika dipandang, hati akan terpenuhi kebahagiaan. Bila mendengar suaranya, telinga akan terasa penuh dengan irama yang indah dan syahdu, jika mereka muncul, istana dan kamar – kamar segera dipenuhi dengan cahaya.

Jika engkau bertanya tentang nikmatnya berhubungan dengan mereka tidak bisa dibayangkan nikmatnya.Bila mereka berbunyi, begitu indah untuk dilihat dan didengar. Jika engkau bersenang – senang dan bergurau dengan mereka, betapa indah dan nikmat senda gurauan itu, jika engkau menciumnya, tidak suatu apapun yang lebih memabukkan dari ciuman mereka.....saudaraku bila kau telah mengetahhui ini bagaimanakah hatimu gundah dengan wanita – wanita dunia....

Kamis, 29 Mei 2008

PETANI DAN AWAN

Pada zaman dulu ada seseorang yang sedang berjalan dipadang tandus. Tiba – tiba ia mendengar suara dari dalam awan , “Siramlah kebun si fulan.” Lalu awan itu menuju ke arah suatu tempat yang dipenuhi batu – batu hitam. Orang itu pun berjalan mengikuti arah berjalannya awan. Lalu awan berhenti dan menuangkan airnya ke tempat itu. Selain banyak batunya disana terdapat juga sebuah parit yang penuh dengan air mengalir.Maka tampaklah seorang laki-laki berada ditengah – tengah kebunnya. Ia sedang membagi – bagi air dengan sekop.

Kemudian orang yang berjalan mengikuti awan itu bertanya, “Wahai hamba Allah! Siapakah namamu?” “Fulan!” jawab laki-laki itu. Ternyata nama itu sama dengan nama yang didengarnya dari awan tadi. Maka fulan balik bertanya, “Mengapa engkau menanyakan namaku?” Ia menjawab, “Sesungguhnya aku mendegar suara dari dalam awan yang mencurahkan air ini, “Siramilah kebun si Fulan” dan nama itu persis namamu. Apa yang telah kamu perbuat?” fulan menjawab, “Karena engkau bertanya seperti itu, ketahuilah sesungguhnya aku selalu memperhatikan apa yan dihasilkan oleh kebun ini. Sepertiga dari hasil kebun ini aku shodaqohkan, sepertiga aku makan bersama keluargaku dan sepertiga lagi aku siapkan untuk bibit.”
(Hadist Riwayat muslim : 2984)

Sumber : Kisah-p\kisah pilihan dari anak muslim

Tangis Nabi SAW untuk mush’ab bin umair

Nabi SAW mencintai para sahabatnya, menyayangi dan mengasihi mereka.Ketika beliau melihat kondisi mush’ab dan kemiskinan yang menimpanya dibanding ketika ia belum masuk islam dan hidup dalam deadaan yang berkecukupan. Melihat itu, nabi menangisinya.

Ali r.a menceritakan peristiwa ini. Ia menuturkan, “Suatu hari kami duduk – duduk bersama Rosulullah SAW di Masjid. Tiba – tiba muncul Mush’ab bin Umair.Tidak ada yang beliau pakai kecuali selimut hitam yang penuh tambalan. Ketika Nabi SAW melihatnya, beliau menangis. Ia membandingkan ketika Mush’ab berkecukupan dahulu dengan kondisinya sekarang. Lalu Rosulullah SAW bersabda,

“Bagaimana jika diantara kalian pada pagi hari sudah tersedia pakaian, juga diwaktu petang lalu diletakkan dihadapannya hidangan lezat. Setelah itu, hidangan itu diangkat kembali. Lalu kalian tutupi rumah kalian seperti ka’bah yang ditutupi kain?”

Para sahabat menjawab,

“Wahai Rosulullah SAW. Pada saat itu, kami lebih baik dari sekarang sebab bisa beribadah dengan tenang dan tidak sibuk mencari kebutuhan hidup”.

Rosulullah bersabda,

“Tidak! kalian saat ini lebih baik daripada saat itu.”

(H.R At-Tirmidzi No 2478)

Sumber:
(Air Mata orang – orang shalih hal 63)

Kisah- 3 (Balasan Kejujuran dan Amanah)

Dari Abu Hurairoh r.a dari Rosulullah SAW bersabda bahwasannya beliau menyebutkan seorang laki – laki dari Bani Israil yang meminta orang Bani Israil lainnya agar memberinya hutang sebesar 1000 dinar. Lalu orang yang mengutanginya berkata, ”Datangkanlah beberapa saksi agar mereka menyaksikan (hutangmu ini!)”. Ia menjawab, ”Cukuplah Allah sebagai saksi bagiku!”. Orang itu berkata,”Datangkanlah seseorang yang menjamin(mu).”.Orang itu menjawab, ”Cukuplah Allah yang menjaminku!”. Orang yang akan menghutanginya pun lalu berkata, ”Egkau benar!” Maka uang itu diberikan padanya (untuk dibayar) pada waktu yang telah ditentukan. Orang yang berhutang itu pun pergi berlayar untuk suatu keperluan.

Waktu yang telah ditentukan itu pun tiba orang yang berhutang pergi untuk mencari kapal yang bisa mengantarnya karena hutangnya telah jatuh tempo, tetapi ia tidak mendapatkan kapal tersebut. Maka ia pun mengambil kayu yang kemudian ia lubangi, dan ia masukkan uang 1000 dinar didalamnya berikut surat kepada pemiliknya, lalu ia meratakan dan memperbaiki letaknya.

Selanjutnya Ia pergi ke laut seraya berkata, “Ya Allah, Sungguh Engkau telah mengetahui bahwa aku meminjam uang kepada si fulan sebesar 1000 dinar. Ia memintaku seorang penjamin, maka aku katakan, “ Cukuplah Allah sebagai penjamin, dan ia pun rela dengannya. Ia juga meminta kepadaku seorang saksi, maka aku katakan, “Cukuplah Allah sebagai saksi, dan ia pun rela dengannya.Sungguh aku telah berusaha keras untuk mendapatkan kapal untuk mengirimkan kepadanya uang yang telah diberikannya padaku, tetapi aku tidak mendapatkan kapal itu. Karena itu, aku titipkan Ia kepada-Mu.Lalu Ia melemparkannya ke laut sehingga terapung – apung, lalu ia pulang.

Adapun orang yang memberi hutang itu, maka ia mencari kapal yang datang ke negerinya. Maka ia pun keluar rumah untuk melihat – lihat barangkali ada kapal yang membawa titipan uangnya. Namun yang ia dapati hanyalah kayu yang dibawanya pulang sebagai kayu bakar untuk isterinya, namun ketika ia membelah kayu tersebut ia mendapatkan uang berikut sepucuk surat. Setelah itu datanglah orang yang berhutang kepadanya. Ia membawa 1000 dunar seraya berkata, “Demi Allah, aku terus berusaha untuk mendapatkan kapal agar bisa sampai padamu dengan uangmu, tapi aku tidak bisa mendapatkan kapal sebelum yang aku tumpangi sekarang!”. Orang yang mengutanginya berkata, “Bukankah engkau telah mengirimi uang itu dengan sesuatu ?!” Ia menjawab, “Bukankah aku telah memberitahumu aku tidak mendapatkan kapal sebelum yang aku tumpangi sekarang!” Orang yang mengutanginya mengabarkan, “Sesungguhnya Allah telah menunaikan apa yang engkau kirimkan padaku melalui kayu.Karena itu bawalah kembali uang 1000 dinarmu dengan beruntung!.”
(H.R Bukhari,4/469, kitabul kafalah, dan Ahmad)

Kisah-2 (Air mata Abu Darda R.a)

Abu Darda ra selalu berkata pada orang – orang di sekitarnya,”maukah kalian aku beritahukan tentang amal kalian yang paling baik, yang paling suci bagi Rabbmu, meninggalkan derajat kalian, dan lebih baik daripada dirham ataupun dinar?”
Mereka berebut bertanya, “Apakah itu, wahai Abu Darda?”
Ia menjawab, “Ingatlah Allah! Sungguh mengingat Allah adalah suatu kebesaran.”

Sejak Ia memeluk Islam dan iman tertanam kuat dalam hainya, ia selalu berada didekat Rosulullah SAW. Ia belajar dan berjuang bersama beliau sehingga pertolongan Allah menganugerahkan kemenangan. Ia bersimpuh dalam mihrab-mihrab hikmah (pensucian hati) dan berikrar bahwa hidupnya adalah untuk penyebaran hakikat dan keyakinan.

Ia teguh dalam keimananya. Nilai keimanannya meresap dalam berkeinginan, berpetunjuk dan kebesaran hati.Akhirnya ia mencapai tingkat kebenaran yang pasti.tingkatan orang – orang shalih. Ia pun bermunajat dengan menghadap Rabbnya seraya membaca ayat-Nya :

“Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, matiku dan hidupku hanyalah untuk Allah Sang pemelihara semesta alam ini” (Al-An’am:162)

Abu Darda menceritakan tentang dirinya,“Aku masuk Islam di hadapan Nabi SAW. Saat itu aku seorang pedagang, Aku ingin menyatukan antara ibadah dan perdagangan, namun aku tidak bisa menyatukannya.Maka aku tingalkan perdagangan menuju peribadatan. Yang menggembirakanku saat ini aku melakukan jual – beli dan menerima keuntungan tiap harinya sebanyak 300 dinar.Kalaupun tempat jual beliku berada di depan masjid sungguh aku tidak mengatakan pada kalian, “Sesungguhnya Allah mengharamkan jual – beli, ”Tapi aku lebih suka berada bersama orang – orang yang tidak terlalaikan oleh perdagangan juga tidak oleh jual beli dalam mengingat Allah.”




Ketika Qabrus (daerah kekuasaan Romawi) dikuasai oleh tentara Muslim maka harta rampasan perangpun dibawa ke Madinah, Orang – orang pun melihat Abu Darda menangis. Mereka mendekatinya dengan perasaan tercengang. Jubair bin Nafir sebagai juru bicara bertanya, “wahai Abu Darda’! Apa yang membuat anda menangis pada hari dimana Allah memuliakan islam dan penganutnya?!”

Abu Darda menjawab, Celakalah anda wahai jubair alangkah hinanya makhluk ini dihadapan Allah jika mereka meninggalkan perintah-Nya, padahal ia adalah ummat yang besar yang memiliki kerajaan. Mereka meninggalkan perintah Allah, maka jadilah seperti yang anda lihat.’

Dari peristiwa ini ia menjelaskan sebab – sebab keruntuhan negeri – negeri yang dikuasai oleh tentara islam. Dia sangat menghawatirkan hal itu dialami juga oleh kaum muslimin.

Para sahabat menjenguknya ketika ia sedang sakit. Mereka melihatnya berbaring diatas tikar yang terbuat dari kulit. Mereka berkata padanya, “kalau anda mau, kami berikan padamu tikar yang lebih baik dan nyaman.”ia menjawab,”Sesungguhnya beradaannya kita ada disana.Disitu kita dikumpulkan, padanya kita kembali, kita pergi menuju padanya, kita pindah kesana dan kita berbuat untuknya.”

Pada masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan ra, Muawiyah ra menjabat sebagai gubernur Syam. Sesuai perintah khalifah, Abu Darda ditunjuk sebagai seorang hakim.Ketika itu Syam adalah kota yang berkembang pesat dengan segala keindahan dan kenikmatan.Abu Darda bertindak sebagai pengawas terhadap semua orang – orang yang dikelilingi gemerlap kehidupan dunia.Keberadaannya membuat penduduk kota Syam merasa tidak bebas karena nasihat – nasihatnya terhadap segala harta dan gaya hidup mereka.Suatu ketika Abu Darda’mengumpulkan mereka dan berdiri berkhutbah, “Wahai penduduk kota Syam! Kalian adalah saudara seagama dan tetangga dimana kami tinggal. Kalian adalah penolong kami dari bahaya musuh, tapi aku melihat kalian seolah tidak merasa malu. Kalian tumpuk sesuatu yang tidak kalian makan. Kalian bangun sesuatu yang tidak kalian huni. Kalian mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin kalian capai. Sesungguhnya bangsa – bangsa di masa sebelum kalian, biasa menumpuk – numpuk harta. Ketika diperingatkan, mereka malah berangan – angan sehingga membuat mereka seolah akan hidup lama. Mereka membangun bangunan hingga meereka merasa aman, tetapi apa yang mereka kumpulkan ternyata hanya kehancuran . Angan – angan mereka adalah kelalaian. Rumah- rumah mereka hanyalah kuburan. Mereka itulah kaum ‘Ad. Mereka penuhi seluruh penjuru wilayah antara Adden dan Amman dengan harta benda melimpah dan anak – anak . “Dengan nada menyindir ia berkata, “lalu siapakah yang mau membeli peninggalan kaum ‘Ad hanya dengan dua dirham saja?!.”

Abu Darda’ ra selalu memuliakan dan menghormati ulama dengan penghormatan yang tinggi. Ia berdoa pada Rabbnya dan berkata, “Ya Allah ! Aku berlindung padamu dari hati para ulama yang melaknatiku.”

Seorang bertanya, “Bagaimana hati mereka melaknatimu.” Ia menjawab, “Yaitu ketika kalian membenciku.”

Demikianlah Abu Darda’ r.a.Seorang Zahid yang meninggalkan kesenangan dunia menuju kesenangan akhirat. Seorang ahli ibadah dan pemohon taubat.Bila orang memujinya dengan ketakwaannya dan meminta darinya do’a maka ia menjawab dengan penuh rendah hati. “Aku tidak mampu berenang dengan baik maka aku takut tenggelam.”

Dengan semua keutamaannya, ia tidak mampu berenang dengan baik?!, menakjubkan ia adalah hasil didikan Rasulullah SAW, murid Al-Qur’an, putra Islam yang pertama, bersahabat dengan Abu bakar Asshidiq, Al – Faruq Umar bin Al-Khathab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib Radiallahuanhuma.
------------------------------*****---------------------******---------------------

Kisah -1 Air Mata Abu Bakar As shidiq R.A

Zaid Bin Arqam menuturkan, suatu ketika Abu bakar, R.A meminta air minum. Diberikanlah padanya sebuah wadah berisi air dan madu.ketika air tersebut hampir menyentuh mulutnya ia menangis. Orang-orang disekitarnya pun ikut menangis. Lalu ia diam, begitu juga yang lainnya. Kemudian ia menangis lagi, sehingga yang lain mengira tidak bisa bertanya padanya.lalu Ia pun mengusap wajahnya dan Ia pun sadar.Sahabat yang lain pun berkata, “Apa yang menyebabkan engkau menangis?”

Ia pun menjawab, “Pernah aku bersama nabi dan Ia menolak sesuatu darinya, sembari berkata, “Enyahlah engkau dariku! Enyahlah engkau dariku!’ Aku tidak melihat seorang pun bersamanya saat itu. Akupun berkata, “Wahai Rasulullah S.A.W aku melihat engkau menolak sesuatu tapi aku tidak melihat seorang pun bersamamu?.

” Rosulullah berkata, “Ia adalah dunia yang menyerupai kemegahannya dihadapanku.” Maka aku katakan padanya, “Enyahlah engkau dariku! Maka Ia pun menyingkir dariku dan berkata, “Demi Allah jika memang engkau berhasil berpaling dariku, tidak akan berpaling dariku ummat setelahmu!!.

Abu bakar berkata, “Aku takut dunia itu telah menghampiriku.Itulah yang membuatku menangis.” (lihat Al-hilyah,1/30)

(Halaman 80 Airmata orang2 Shalih)

Air mata bilal bin Rabah R.A, sang muadzin Rosul

Bilal adalah muadzin Rasulullah S.A.W. Sebelumnya dia adalah seorang budak yang disiksa Umayyah majikannya dengan batu terpanggang panas agar kembali ke agamanya. Namun Bilal R.a terus mengucapkan, ”Ahad! Ahad!(Allah Yang Maha Satu).”

Hingga pada suatu hari, Abu Bakar Ass-Shiddiq R.a mendatangi padang pasir saat mereka sedang menghajar dan menyiksanya. Dengan suara lantang ia pun berseru, apakah kalian hendak membunuh orang yang mengatakan bahwa Rabbku Allah?!.

Abu bakarpun meminta Umayyah menjual Bilal padanya, setelah Abu bakar membayarnya dengan melpatgandakan harga yang ditawarkan pada Umayyah . Abu Bakar R.a memerdekakannya.

Pasca Hijrah Rosulullah SAW ke Madinah, Rosulullah mensyariatkan Adzan sebagai panggilan untuk melaksanakan shalat, jatuhlah pilihan atas Bilal sebagai muadzin pertama untuk panggilan shalat. Ini adalah pilihan Rosulullah. Bergegaslah Bilal mengumandangkannya dengan suara yang tinggi dan panjang. Nafasnya dipenuhi nada keimanan yang dalam serta keteguhan hati yang sangat dapat dirasakan, ”Allahu Akbar!.. Allahu Akbar!.”

Dalam penaklukan kota mekah (Futuh Makkah) Bilal turut mendampingi Rosulullah SAW. Telah datang kebenaran dan runtuhlah kebatilan. Ia menyaksikan berbagai peristiwa bersama Rosulullah SAW, mengumandangkan Adzan untuk menegakkan shalat dan memperjuangkan syiar agama yang agung ini. Karena itu wajar jika Rosullullah menyebutnya sebagai penghuni syurga. Ketika Rosulullah wafat, bangkitlah Abu Bakar Ash-Shiddiq R.a. Sebagai sahabat Rosulullah dan sebagai khalifah kaum Muslimin. Lalu datanglah Bilal padanya dan berkata, Wahai khalifah Rosulullah! Sungguh aku telah mendengar Rosullullah bersabda, ”Sebaik – baik perbuatan seorang Mukmin adalah berjihad dijalan Allah”. Abu Bakar bertanya pada Bilal, ”Apa yang Anda iginkan wahai Bilal!?.” Bilal menjaawab, ”Aku ingin mengikat diriku dijalan Allah hingga mati.”

Abu bakar balik bertanya, ”Lalu siapa yang akan mengumandangkan adzan untuk kami?”

Bilal berkata sambil berlinang air mata, ”Sesungguhnya aku tidak akan mengumadangkan Adzan untuk siapapun setelah Rosulullah SAW.” Abu Bakar berkata, ”Tetaplah Anda berada bersama kami dan mengumanadngkan Adzan wahai Bilal!”

Bilal bin Rabbah R.a berkata, ”Jika dulu anda memerdekakanku untuk menjadi milikmu, maka aku akan menuruti apa pun permintaan Anda. Tapi jika Anda memerdekakanku karena Allah, maka janganlah Anda menghalangiku. Dan aku sangat yakin bahwa Anda memerdekakanku karena Allah.” Abu Bakar Ash-Shiddiq R.a menukas, ”Sesungguhnya aku memerdekakanmu karena Allah wahai Bilal.”

Berangkatlah Bilal ke kota Syam dan menetap disana dengan ikrar sejatinya sebagai pejuang di jalan Allah. Diriwayatkan bahwa ia sesekali berziarah ke Madinah.Namun tidak pernah lagi terdengar kumandang Adzan Bilal R.a. Ia pun takdapat mengucapkan dalam Adzannya, ”Asyhadu anna Muhammadar Rosulullah” (Aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah).Sebab, kalimat tersebut terasa berat baginya karena dirinya akan diliputi kenangan-kenangan masa lalu. Hal itu membuat suaranya teggelam dalam kesedihan yang amat dalam, tangisnya selalu megiringi kalimat itu.”

Terakir kali ia mengumandangkan aadzan adalah ketika Khalifah Ummar bin Khatab R.a mengunjungi Syam. Kaum Muslimin membujuk Ummar bin Khattab agar dapat menghadirkan Bilal bin Rabah dan mengumandangkan Adzan untuk mereka pada satu kali shalat saja. Amirul Mukminin pun memanggil Bilal. Ketika waktu shalat tiba, ia pun memohon padanya untuk mengumandangkan adzan sebagai panggilan seruan sholat. Bangkitlah Bilal untuk mengumadangkan adzan. Menangislah para sahabat yang dulu mengalami dan menyaksikan Rosulullah SAW. Ketika Bilal mengumandangkan Adzan, suasana dipenuhi isak tangis yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.

Bilal bin rabah meninggal di Syam bersama ikrarnya untuk berjuang di Jalan Allah seperti yang ia dambakan. Semoga Ridha Allah tercurah untuknya dan iapun ridha kepada Allah.
(Air mata orang2 Shalih hal :123-127