Zaid Bin Arqam menuturkan, suatu ketika Abu bakar, R.A meminta air minum. Diberikanlah padanya sebuah wadah berisi air dan madu.ketika air tersebut hampir menyentuh mulutnya ia menangis. Orang-orang disekitarnya pun ikut menangis. Lalu ia diam, begitu juga yang lainnya. Kemudian ia menangis lagi, sehingga yang lain mengira tidak bisa bertanya padanya.lalu Ia pun mengusap wajahnya dan Ia pun sadar.Sahabat yang lain pun berkata, “Apa yang menyebabkan engkau menangis?”
Ia pun menjawab, “Pernah aku bersama nabi dan Ia menolak sesuatu darinya, sembari berkata, “Enyahlah engkau dariku! Enyahlah engkau dariku!’ Aku tidak melihat seorang pun bersamanya saat itu. Akupun berkata, “Wahai Rasulullah S.A.W aku melihat engkau menolak sesuatu tapi aku tidak melihat seorang pun bersamamu?.
” Rosulullah berkata, “Ia adalah dunia yang menyerupai kemegahannya dihadapanku.” Maka aku katakan padanya, “Enyahlah engkau dariku! Maka Ia pun menyingkir dariku dan berkata, “Demi Allah jika memang engkau berhasil berpaling dariku, tidak akan berpaling dariku ummat setelahmu!!.
Abu bakar berkata, “Aku takut dunia itu telah menghampiriku.Itulah yang membuatku menangis.” (lihat Al-hilyah,1/30)
(Halaman 80 Airmata orang2 Shalih)
Air mata bilal bin Rabah R.A, sang muadzin Rosul
Bilal adalah muadzin Rasulullah S.A.W. Sebelumnya dia adalah seorang budak yang disiksa Umayyah majikannya dengan batu terpanggang panas agar kembali ke agamanya. Namun Bilal R.a terus mengucapkan, ”Ahad! Ahad!(Allah Yang Maha Satu).”
Hingga pada suatu hari, Abu Bakar Ass-Shiddiq R.a mendatangi padang pasir saat mereka sedang menghajar dan menyiksanya. Dengan suara lantang ia pun berseru, apakah kalian hendak membunuh orang yang mengatakan bahwa Rabbku Allah?!.
Abu bakarpun meminta Umayyah menjual Bilal padanya, setelah Abu bakar membayarnya dengan melpatgandakan harga yang ditawarkan pada Umayyah . Abu Bakar R.a memerdekakannya.
Pasca Hijrah Rosulullah SAW ke Madinah, Rosulullah mensyariatkan Adzan sebagai panggilan untuk melaksanakan shalat, jatuhlah pilihan atas Bilal sebagai muadzin pertama untuk panggilan shalat. Ini adalah pilihan Rosulullah. Bergegaslah Bilal mengumandangkannya dengan suara yang tinggi dan panjang. Nafasnya dipenuhi nada keimanan yang dalam serta keteguhan hati yang sangat dapat dirasakan, ”Allahu Akbar!.. Allahu Akbar!.”
Dalam penaklukan kota mekah (Futuh Makkah) Bilal turut mendampingi Rosulullah SAW. Telah datang kebenaran dan runtuhlah kebatilan. Ia menyaksikan berbagai peristiwa bersama Rosulullah SAW, mengumandangkan Adzan untuk menegakkan shalat dan memperjuangkan syiar agama yang agung ini. Karena itu wajar jika Rosullullah menyebutnya sebagai penghuni syurga. Ketika Rosulullah wafat, bangkitlah Abu Bakar Ash-Shiddiq R.a. Sebagai sahabat Rosulullah dan sebagai khalifah kaum Muslimin. Lalu datanglah Bilal padanya dan berkata, Wahai khalifah Rosulullah! Sungguh aku telah mendengar Rosullullah bersabda, ”Sebaik – baik perbuatan seorang Mukmin adalah berjihad dijalan Allah”. Abu Bakar bertanya pada Bilal, ”Apa yang Anda iginkan wahai Bilal!?.” Bilal menjaawab, ”Aku ingin mengikat diriku dijalan Allah hingga mati.”
Abu bakar balik bertanya, ”Lalu siapa yang akan mengumandangkan adzan untuk kami?”
Bilal berkata sambil berlinang air mata, ”Sesungguhnya aku tidak akan mengumadangkan Adzan untuk siapapun setelah Rosulullah SAW.” Abu Bakar berkata, ”Tetaplah Anda berada bersama kami dan mengumanadngkan Adzan wahai Bilal!”
Bilal bin Rabbah R.a berkata, ”Jika dulu anda memerdekakanku untuk menjadi milikmu, maka aku akan menuruti apa pun permintaan Anda. Tapi jika Anda memerdekakanku karena Allah, maka janganlah Anda menghalangiku. Dan aku sangat yakin bahwa Anda memerdekakanku karena Allah.” Abu Bakar Ash-Shiddiq R.a menukas, ”Sesungguhnya aku memerdekakanmu karena Allah wahai Bilal.”
Berangkatlah Bilal ke kota Syam dan menetap disana dengan ikrar sejatinya sebagai pejuang di jalan Allah. Diriwayatkan bahwa ia sesekali berziarah ke Madinah.Namun tidak pernah lagi terdengar kumandang Adzan Bilal R.a. Ia pun takdapat mengucapkan dalam Adzannya, ”Asyhadu anna Muhammadar Rosulullah” (Aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah).Sebab, kalimat tersebut terasa berat baginya karena dirinya akan diliputi kenangan-kenangan masa lalu. Hal itu membuat suaranya teggelam dalam kesedihan yang amat dalam, tangisnya selalu megiringi kalimat itu.”
Terakir kali ia mengumandangkan aadzan adalah ketika Khalifah Ummar bin Khatab R.a mengunjungi Syam. Kaum Muslimin membujuk Ummar bin Khattab agar dapat menghadirkan Bilal bin Rabah dan mengumandangkan Adzan untuk mereka pada satu kali shalat saja. Amirul Mukminin pun memanggil Bilal. Ketika waktu shalat tiba, ia pun memohon padanya untuk mengumandangkan adzan sebagai panggilan seruan sholat. Bangkitlah Bilal untuk mengumadangkan adzan. Menangislah para sahabat yang dulu mengalami dan menyaksikan Rosulullah SAW. Ketika Bilal mengumandangkan Adzan, suasana dipenuhi isak tangis yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
Bilal bin rabah meninggal di Syam bersama ikrarnya untuk berjuang di Jalan Allah seperti yang ia dambakan. Semoga Ridha Allah tercurah untuknya dan iapun ridha kepada Allah.
(Air mata orang2 Shalih hal :123-127
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar